Kenapa Naskahmu Ditolak Penerbit? Yuk, simak poin-poin berikut ini!

Pagi teman-teman kece. Minces kembali cuap-cuap, ya. πŸ˜‰

Kalau gak suka, skip aja. 🀀

Jadi, kali ini Minces mau kasih tahu, poin-poin yang harus kalian perhatikan sebelum mengirim naskah ke penerbit jalur seleksi.

Penerbit ada dua jenis, yakni:

1. Penerbit Indie

Penerbit yang hanya mencetak buku dengan jumlah sesuai permintaan penulis atau hanya berdasarkan pre-order. Pemasarannya hanya dalam jangkauan tertentu saja. 

2. Penerbit Mayor

Penerbit yang menerbitkan buku dalam jumlah besar dan pemasarannya dalam jangkauan skala nasional (ex: Dipasarkan di toko-toko buku di seluruh Indonesia).
Pasti gak asing kan, sama kedua jenis itu? 🀭 Dan setiap penulis pasti punya target mau ke Penerbit jenis apa dan penerbit mana? Iya, nggak? 

Jawab dalam hati, ya. πŸ˜‚

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebelum mengirimkan naskah ke penerbit, baik yang mayor ataupun indie.

 Sebab tidak semua penerbit menerima naskah kamu. Yang kerap jadi pertanyaan, hal apa sih yang harus diperhatikan supaya naskah kita dapat diterbitkan?
Perlu diketahui juga bahwa penerbit memiliki syarat dan ketentuan sendiri. Bisa jadi aturan di penerbit A seperti ini, tapi belum tentu di penerbit B aturan itu berlaku. Entah dari genre cerita hingga format pengiriman yang ditinjau.

 Meski terdapat perbedaan antar penerbit, tapi ada juga persamaan yang bisa diperhatikan terlebih dulu.
Berikut ini poin-poin penting yang harus diperhatikan sebelum mengirim naskah ke penerbit. 

Cekidot. πŸ‘‡

 ✓ Kelengkapan Naskah dan Data Diri

Sebelum mengirimkan naskah ke penerbit setidaknya ada tiga komponen yang harus penulis perhatikan, yakni naskah, sinopsis dan data diri.

 Selain itu ada juga komponen lain seperti surat pernyataan keaslian naskah, tetapi untuk surat pernyataan ini tidak semua penerbit memintanya. 

Pastikan naskah penulis sudah selesai saat mengirimkan ke penerbit. Hal ini supaya penulis tidak nyicil ngirim per bab. Dengan begitu akan lebih mudah untuk mereview.
Sementara untuk sinopsis, usahakan penulis bisa merangkum cerita dari awal sampai akhir sepanjang dua halaman A4 standar. Pastikan penulis menuliskan sinopsisnya lengkap dari awal sampai akhir, ya. Soalnya masih banyak dijumpai akhir sinopsis yang gantung. Niatnya bikin penasaran dengan pertanyaan seperti “Akankah mereka bertemu kembali? Simak cerita lengkapnya pada (judul naskah)”. 

Kalau penulis menggunakan kalimat seperti ini dan dibaca editor, yang ada naskah penulis biasanya langsung ditolak. Sebaiknya pelajari dulu, deh perbedaan blurb dan sinopsis, sehingga penulis tidak salah dalam memilih kalimat yang tepat.

✓ Format Tulisan

Penulis harus memperhatikan peraturan format tulisan pada setiap penerbit. Biasanya penerbit minta naskah diketik dengan huruf Times New Roman atau Calibri dengan ukuran huruf 11pt atau 12pt. Margin gunakan by default alias penulis tak perlu utak-utik Page Set-up lagi. Meski tampak sederhana, tapi masih banyak lho penulis yang bandel dengan menggunakan jenis huruf berukir seperti Jokerman atau lainnya.

Sekilas memang jenis huruf lainnya tampak artistik. Lantas bagaimana kalau penerbit tidak mencantumkan jenis dan ukuran huruf? Sebaiknya penulis pakai jenis huruf standart seperti Times New Rowan ukuran 12pt. Atau jangan sungkan untuk langsung tanya ke penerbit supaya lebih jelas.

 ✓ Ketelitian Tulisan
Pastikan tulisan penulis benar-benar terhindar dari typo atau kesalahan lainnya saat akan mengirimkan naskah ke penerbit. Yang tidak disadari seringkali penulis tidak teliti saat mengetik satu demi satu kalimat di komputer.

Cari kata-kata yang sering bermasalah. Banyak penulis yang salah kaprah menuliskan kata bahasa Indonesia, atau tidak bisa membedakan di- sebagai preposisi dan di- sebagai imbuhan, atau tidak bisa memberikan imbuhan yang tepat untuk sebuah kata.

Jangan malas untuk melakukan editing sendiri. Perbaiki mana yang nggak baik untuk menjadi lebih baik. Entah itu banyak yang typo, perbaikilah. Atau banyak yang EYD atau EBI yang salah, perbaiki. Atau banyak kalimat yang tidak nyambung, perbaiki lagi. Pokoknya jangan malas lakukan editing sendiri, demi kebaikan naskah. Jika naskah sudah selesai, jangan lupa untuk kroscek kembali dengan membacanya secara lantang. Mendengarkan teks keras-keras bisa membuat kesalahan tersebut terasa.

Jadi pastikan saat kirim naskah ke penerbit, naskah kita sudah benar-benar tidak ada kesalahan. Dengan begitu penerbit akan puas menerima naskah dari kita. Kalau penulis tidak memperhatikan ketelitian kata, naskah penulis bisa langsung ditolak. Ya, bayangkan saja jika editor harus memperbaiki naskah penulis yang banyak salahnya. Padahal masih banyak naskah yang harus mereka kroscek.

 ✓ Jangan Kirim Satu Naskah ke Dua Penerbit

Karena takut naskah tidak diterima, biasanya kita mencari lebih dari satu penerbit. Naskah kita kirimkan dengan harapan jika penerbit satu tidak menerima, maka masih ada peluang penerbit lainnya. Ya, wajar jika kita berpikir seperti itu. Namun hal tersebut justru akan menjadi bumerang ketika naskah penulis diterima kedua penerbit.

Kabar baiknya berarti naskah penulis sudah sesuai dengan standart penerbit. Tapi kabar buruknya, kalau sampai naskah penulis diterbitkan di dua penerbit, bisa bingung dunia penerbitan. 

Secara profesional, penulis tidak boleh mengirimkan satu naskah ke dua penerbit berbeda dalam waktu bersamaan sebab kesannya si penulis serakah dan pengin ambil untung banyak. Sementara penerbit merasa dikhianati karena penulis justru ambil kesempatan di tempat lain. Kalau sudah begitu, si penulis bisa di-blacklist. Bukan hanya di dua penerbit tadi, tapi bisa saja semua penerbit. Ngeri kan dampaknya?

✓ Kirim ke Penerbit yang Sesuai

Supaya poin sebelumnya tidak terjadi, maka penulis memang dituntut untuk jeli memilih penerbit. Memang terkesan agak _tricky_ dan mengandalkan keberuntungan. Misal, penulis ingin tulisan diterbitkan oleh penerbit A karena suka baca buku dari penerbit tersebut, tetapi jodohnya malah di penerbit B. Begitupula sebaliknya. Hal tersebut mungkin masih bisa dimaklumin ya, tapi yang pasti jangan sampai penulis salah mengirimkan naskah ke penerbit yang tidak menerima genre tulisannya. Ada baiknya penulis riset dulu ke toko buku, pilih beberapa penerbit yang gaya ceritanya mendekati karyanya. Penulis juga bisa tanya teman-teman, naskahnya cocok dimasukkan ke penerbit mana. Siapa tahu salah satu dari mereka bisa memberikan masukan yang tepat.

Selain itu, penulis harus sabar untuk mengetahui apakah naskahnya diterima atau ditolak. Penerbit biasanya membutuhkan beberapa bulan untuk memberikan konfirmasi lanjutan. Kalau di HWC Publisher sendiri biasanya dua bulan, jika sudah lebih dari itu belum dapat kabar, penulis baru bisa mengontak Penerbit buat tanya kabar naskahnya.

Yuk, cuap-cuap poin mana yang sering kamu lalaikan? πŸ˜‰

Postingan populer dari blog ini

Profil HWC Publisher

Terbitan Indie bisa masuk toko buku offline?